Mengangkat Kemandirian Penyadang Disabilitas
BOYOLALI – Memiliki keterbatasan tidak menghentikan niat salah satu warga Desa Klewor, Kecamatan Kemusu bernama Sri Setyaningsih untuk terus berkarya dan mandiri. Itulah yang mengungkitnya untuk mendirikan Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) Karya Mandiri pada Agustus 2017 silam dengan menggandeng sejumlah orang penyandang disabilitas di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Disampaikan di sekretariat FKDB Karya Mandiri pada Kamis (15/4/2020), perempuan ini mendirikan organisasi ini beberapa saat usai pulang dari perantauan dengan tabungan yang sudah cukup serta memiliki usaha menjahit.
“Forum ini didirikan sepulang merantau diari luar kota dan saya melihat balita dimana orang tuanya tidak menyadari anaknya difabel. Karena saya merasa menjadi difabel itu tidak enak, menjadi difabel itu sakit. Saya berharap ke depannya para difabel bisa mandiri agar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya,” terang Sri.
Forum yang juga difungsikan sebagai ajang berbagi cerita ini, kini beranggotakan sekitar 50 lebih anggota aktif yang difokuskan dalam mencari penyandang disabilitas yang jarang keluar dari rumahnya atau dalam hal ini kebutuhan hidupnya dicukupi orang tua atau keluarganya. Selain itu juga untuk meningkatkan keterampilan, melalui pelatihan ini akan meningkatkan rasa kepercayaan diri. Untuk itu pihaknya memberikan pelatihan dan mengajak anggotanya berkarya dengan memproduksi makanan olahan coklat tempe dan menjahit.
“Saya berharap anak yang berada di zona nyaman dengan fasilitas dari orang tuanya bisa mandiri dan keluar. Karena tidak selamanya orang tua mendampinginya dan harus meneruskan kehidupannya. Saya berharap anak-anak bisa mandiri,” imbuhnya.
Dipilihnya produksi coklat tempe dan menjahit dikarenakan proses pengerjaan tidak terlalu berat dan bisa menambah penghasilan anggota. Sehingga melalui pelatihan gratis yang diberikan diyakini mampu meningkatkan keterampilan dan bisa memperoleh penghasilan.
“Paling tidak kalau dia punya keterampilan akan menjadi pemasukannya. Bukan belas kasihan yang kita berikan tapi keterampilan dan kesempatan yang kita berikan. Kita bagaimana caranya tidak berhenti di pelatihan saja, jadi kenapa tidak dilanjutkan untuk mendirikan rumah produksi,” tegas Sri.
Dijelaskan lebih lanjut produk olahan coklat tempenya pada hari biasa mampu melayani pesanan hingga lima kilogram (kg). Namun di tengah wabah Corona saat ini pesanan berkurang, meski tetap ada pihak yang memesan baik secara langsung dan daring atau online.
Sementara untuk kegiatan menjahit, pihaknya melayani pembuatan pakaian pria maupun wanita seperti gamis, kemeja dan celana. Pihaknya juga menerima dampak wabah Covid-19 dengan pembatalan sejumlah pesanan pembuatan seragam dan lainnya. Namun pihaknya mengajak anggotanya untuk berkarya dengan membuat masker kain dari kain perca yang diberikan secara gratis agar bisa dimanfaatkan orang lain.
Telah banyak bantuan yang diperoleh forumnya, seperti kursi roda, kruk, mesin jahit, etalase hingga berbagai pelatihan yang diikuti. Namun Sri memiliki prinsip tidak meminta bantuan dengan proposal tapi dicapai dengan menunjukkan aksi dan kegiatan yang dilakukan.
“Harapan saya pemerintah bisa memperhatikan teman difabel bukan di Karya Mandiri saja tapi di Boyolali dan sekitaranya. Difabel untuk tidak dikasihani tapi beri kesempatan karena memiliki hak yang sama,” tandasnya di sekretariat yang belum lama direnovasi atas bantuan Camat Kemusu dan berbagi pihak lain ini. (Tim Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali)